JORDAN TRAVELLING - Day 1
Awalnya tidak ada niat atau rencana melakukan travel ke Jordan di tahun 2010 ini, meski rencana ke Negeri Para Nabi ini sdh ada sejak lama dipendam. Tapi tahun ini sang isteri tercinta suka membuka pembicaraan dengan bertanya misal, "Pa, ke mana kita jalan2? Mumpung anak2 libur". Maksud sang isteri di bulan April 2010 yg sudah lalu berhubung anak2 akan libur dua minggu baguslah kalau dimanfaatkan untuk travelling. Meski isteri tidak ngotot sekali untuk melakukan perjalanan, tetapi di minggu2 terakhir sebelum berangkat, saya sendiri memutuskan yup setuju dengan usulan isteri utk jalan2 ke Jordan melalui perjalanan darat. Pertimbanagannya, saya pun mau berpelesiran sejenak lari dari rutinitas kerja bersamaan memanfaatkan waktu dua minggu libur sekolah anak2, dan selayaknya seperti kata pepatah sekali mendayung terlampui 2-3 pulau, sekalian berumroh di Saudi Arabia, soalnya sudah nanggung, ketika melintasi Saudi Arabia mengapa tidak singgah untuk berumroh?
Sejak keputusan sdh bulat, mulailah seperti biasa saya melakukan browsing menyangkut what to see, what to do and where to stay di Jordan? Informasi itu semua seabrek dapat dari browsing. Kemudian booking penginapan juga saya lakukan via internet. Penginapan dari kelas bungalow hingga hotel bintang 5 + spa. Semuanya bergantung lokasi dan mau apa di tempat tujuan. Langkah berikutnya - sebetulnya berbarengan - ialah persiapan Visa negara tujuan. Meng-apply visa Jordan sangat gampang, cukup bawa passport dan sebuah foto ukuran passport serta mengisi selembar formulir di Kedutaan Jordan, maka selang sehari visa sudah selesai. Visa untuk Saudi Arabia diajukan setelah visa Jordan diperoleh. Butuh menunggu dua minggu utk memperoleh visa Saudi. Visa Saudi ini visa bukan utk umroh, tapi visa transit. Selama transit itulah mengambil kesempatan utk berumroh.
***
Kebiasaan saya kalau sdh punya jadwal - jadwal kegiatan utk apa saja - maka saya berusaha utk bisa bergerak sesuai dengan jadwal (itinerary) yg sdh dibuat, supaya segala sesuatunya sesuai dengan rencana. Maka untuk Day-1, saya sekeluarga persis sekitar jam 6 AM berangkat meninggalkan rumah (Kompleks Al Khor Community - Doha, Qatar) menuju negara tujuan. Perjalanan akan melintasi 2 perbatasan negara, yg pertama saya harus lolos dari check in perbatasan Qatar - Saudi, dan nanti yg terakhir perbatasan Saudi - Jordan. Mulai dari perbatasan Qatar - Saudi hingga ke perbatasan Saudi - Jordan, jarak yg ditempuh ada tiga pilihan sebab antara Saudi dan Jordan ada 3 pintu perbatasan negara, sebut saja pintu barat, tengah dan timur. Menerobos pintu perbatasan barat akan menempuh jarak 2900+ km, lewat pintu perbatasan tengah berjarak 2600+ km dan lewat perbatasan timur 1700+ km. Saya memilih rute dengan jarak 1700 km karena jarak lebih pendek tentu saja. Kota perbatasan dgn jarak ini ini bernama Al Hadithah, lintas timur yg paling sering dilalui pengendara mobil kalau menuju Jordan.
***
Tiba di perbatasan Qatar - Saudi sekitar jaam 8.15 Am. Sesuai perencanaan. Di perbatasan ini butuh hampir dua jam utk beres2 keimigrasian (check passport, sidik jari, periksa isi kendaraan) dan bayar asuransi kendaraan utk negara yg akan dilintasi (biar ada pertanggungan asuransi kalaau terjadi kecelakaan), dalam hal ini Saudi Arabia. Sekitar jam 10 AM urusan sudah beres, sebelum bergerak memulai perjalanan 1800 km, saya tak lupa memenuhi isi tanki mobil plus meminyaki bagian depan mobil dengan soap liquid, biar badan mobil tidak tergores saat diterjang badai debu di perjalanan. Sekitar jam 10.15 AM aku dan sekeluarga bergerak memulai travel ke Jordan.
***
Melakukan perjalanan lewat darat melintas Saudi kali ini adalah yg ke-4 kali saya lakukan. Dua kali dengan bus ikut rombongan haji dan umroh dan kali ini yg ke-2 dengan menyetir mobil sendiri. Lewat Udara - untuk umroh - sudah pernah sekali ketika pertama kali ke Saudi tahun 1997, setelah itu kesemuanya lewat darat. Meski sudah familiar dengan alam gurun Saudi, tetap saja saya dan sekeluarga menikmati perjalan kali ini, apalagi selepas kota Al Hofuf (kota pertama di Saudi yg dijumpai selepas perbatasan Qatar-Saudi) lintasan yg dilalui adalah rute baru, sehingga apa saja yg dilihat di kiri-kanan pemandangan gurunnya baru kali ini dilihat, walau secara umum pemandangan gurun yah kurang lebih memiliki kemiripan di mana-mana. Selepas kota Al Hofuf berikutnya ialah ANNU AYRIYAH -- HAFAR AL BATIN -- AL JUMAIMAH -- ARAR -- TURAIF dan terakhir kota Al Haditah di perbatasan Saudi - Jordan. Sebetulnya ada banyak lagi kota2 kecil sepanjang jalan rute yg saya pilih ini, saya menyebut utk kota2 relatif besar saja. Saya tidak melintasi kota Dammam (kota di tepi pantai) sebab itu akan menambah jarak tempuh. Dari mulai Al Hofuf hingga Al Hadithah bisa dikatakan jalan raya hanya lurus, lurus, dan .... lurus terus!! Di titik tertentu ada banyak re-route (dua arah dijadikan satu) karena perbaikan jalan, dan di beberapa titik lainnya jalanan retak dan berlubang. Meski demikian tidak membuat kecepatan harus diperlambat di bawah 120 km/jam! Perjalanan berhenti ketika sholat, mengisi tanki minyak mobil dan beli nasi di restoran. Karena isteri bawa bekal makanan dari rumah, perhentian untuk makan di restoran di sepanjang jalan menjadi tidak urgent, bahkan cuman sekali aja, itu pun cuman beli nasi bungkus (nasi bukhari + ayam) dan makannya di dalam mobil (tentu anak-bini yg makan di mobil, kalau aku yah nyetir terus ... hehehe).
***
Karena dicekokin Powerhorse dan kopi tidak muncul rasa kantuk menyerang saya. Serangan kantuk yg begitu hebat datang menjelang masuk kota Turaif, kira2 kota ini berjarak 200-an km ke perbatasan Saudi - Jordan. Demi keselamatan maka saya harus mengalah dengan kantuk. Waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 3 dinihari ketika mobil saya parkirkan di halaman parkir sebuah pom bensin selepas kota Turaif. Sekeluarga kami tidur di dalam mobil. Terbangun ketika azan subuh berkumandang. Sesudah menunaikan sholat subuh di mesjid, masih di kompleks pom bensin, perjalanana diteruskan. Masih sekitar satu jam lagi baru matahari akan terbit.
Ketika matahari sudah terbit, perjalanan sudah beberapa puluh km mendekati perbatasan. Ruas jalan sedikit melintasi pebukitan, gunung2 karang di sebelah kiri dan kanan. Di beberapa titik embun pagi turun meski tidak sampai menghalangi pandangan pengendara. Di waktu seperti ini sangat jarang ketemu mobil lain yg melintas, yah namanya juga daerah remote dan hari baru mulai siang, tentulah banyak pengendara mungkin masih di rumah masing2. Ada dua kali berhenti di pinggir jalan utk mengabadikan situasi sekeliling. Sebetulnya saya ingin berhenti buat memotret panorama yg menarik, berhubung rasa letoy dan lesu karena sdh belasan jam nyetir, hasrat motret saya kubur saja, lagipula saya masih tak ingin membuang waktu dan bertele-tele di jalanan, jangan2 saya nanti sampai jauh dari waktu yg saya inginkan?
Jam 6 pagi lewat sedikit memasuki kota Al Hadithah, kota ini terasa lengang, di beberapa tempat banyak kelihatan daerah yg sedang mengalami pembangunan fisik, jalanan dan gedung. Di beberapa bagian kelihatan tanah luas datar berwarna hijau dan lembab. Karena di sini baru pertama kali melintas, aku mengurangi kecepatan mobil dengan maksud bisa lebih rileks memandangin apa yg bisa di lihat di depan, kiri dan kanan. Anak-bini masih tidur dalam mobil. Sekitar jam 7 tiba di perbatasan Saudi-Jordan. Kelihatannya tidak meleset jauh dari target waktu sampai di sini dari itinerary yg sdh saya buat. Baik di kantor imigrasi Saudi maupun di kantro imigrasi Jordan suasanya mirip, karena masih relatif pagi sekali tidak banyak kendaraan yg antri di kantor pemeriksaan, bahkan petugas yg jaga semua masih dengan mata kucek karena baru bangun dari tidur (jelas mereka tidur meski sedang bertugas kala tak ada lagi pelintas batas semalam). Sebagaimana ketika masuk wilayah Saudi sebelumnya, masuk wilayah Jordan juga terjadi perulangan yg sama. Periksa passport, sidik jari, bayar asuransi mobil dan periksa barang bagasi mobil.
Tidak seperti di Saudi yg petugasnya bebas "uang tips" minded, maka dengan petugas imigrasi Jordan terjadi hal yg sebaliknya. Artinya sangat mungkin kita dipalak secara "halus". Mereka berusaha mencari celah di mana kita bisa dianggap "bersalah" dan harus bayar denda. Kalau kita tetap bersih, kadang mereka tidak sungkan untuk mengatakan minta diberi "tips"! Ini banyak terjadi bagi mereka pelintas batas etnis arab sebab bahasa bukanlah masalah. Hal ini saya sudah diwanti2 oleh teman yg sering melintas di sini. Jordan bisa dibilang masuk kategori Dunia Ke-3 sama kayak Indonesia, negara yg tidak kaya tetapi juga tidak miskin (berbeda dengan Indonesia yg sebetulnya kaya tetapi hampir 50% penduduknya miskin!). Orang2 Jordan - petugas imigrasinya - mengira kalau ada pelintas batas sebagai turis sudah mereka tebak pastilah org yg berduit! Meski belum tentu semua petugas di sanaa berpikiran demikian. tapi praktek2 memberi tips lazim juga di sini.
Jadi gimana urusan saya di imigrasi perbatasan Jordan ini? Lancar atau bermasalah? Alhamdulillah lancar saja sebetulnya, bukan karena saya bisa berbahasa arab dan tahu teknik urusan di sini, tetapi berlagak pilon saja karena memang sejatinya saya gak ngerti bahasa arab! :) Ada petugas yg menuntun saya harus ke counter meja mana utk stempel passport dan bayar ini dan itu. Namun begitu saya toh ditipu juga sama semacam petugas cukai perbatasan Jordan ini, yaitu membayar berlebih untuk sesuatu yg seharusnya tidak.
Ceritanya begini. Si petugas awalnya bertanya - pakai bahasa inggris - tentang visa saya. Saya menjawabnya bahwa saya punya validity visa utk tinggal di Jordan selama sebulan, itu soal masa berlaku visa saya. Tapi juga saya katakan saya akan tinggal kurang lebih 2 minggu di Jordan. Eh, ternyata keterangan saya ini diasumsikan akan tinggal 30 hari oleh si petugas, dia tdk mendengar (atau tak mengerti?) ketika apa yg saya bilang cuman bakal tinggal 2 minggu. Jadilah saya harus membayar JD 30! (30 Jordana dinar) yg setara dengan USD 41 ! Mestinya kalau dua minggu saya cuman harus bayar 1 x 14 hari = JD 14. Setelah membayar saya menaruh syak wasangka, ada perasaan ganjil mengapa saya harus bayar sebesar itu, soalnya setahu saya untuk tinggal di Jordan kita kena custom tarif JD 1 per hari. Kalau untuk 14 hari, mengapa saya harus bayar JD 30?
Saya tahu dikibulin dan menjadi jelas soal ini ialah ketika mendapat penjelasan di konter lain (konter di mana saya harus bayar asuransi kendaraan selama di Jordan). Untuk mendapat surat dan ijin mengendarai di Jordan kita terlebih dahulu harus menyerahkan bukti bayar custom - apalah namanya, pajak fiskal atau semacam itu - di loket pertama tadi. Nah sewaktu saya menyerahkan bukti bayar fiskal tadi, si petugas konter 2 ini bertanya, apa memang saya akan tinggal 30 hari di Jordan? Jawab saya tidak, tapi cuman sekitar dua minggu. Si petugas ini langsung bilang, berdasar jumlah yg dibayar artinya saya akan tinggal di Jordan buat 30 hari. Terus saya tanya mengapa saya hrs bayar JD 30 kalau ternyata saya tinggal cuman 2 minggu (14 hari) saja? Dia bilang itu kesalahan si petugas pertama tadi. Langsung saja saat itu saya nyelutuk, "What a hell! He's cheated me!" Perlu diketahui, segala surat dan dokument yg dikeluarkan oleh petugas perbatasan tertulis dalam huruf arab, jadi praktis saya gak bisa tahu apa yg tertulis. Setelah segala urusan selesai, saya pun melanjutkan perjalanan - heading to Amman city, the capital of Jordan.
***
Jarak tempuh dari perbatasan Saudi-Jordan ke kota Amman kurang lebih 300 km. Separuh pertama jarak tempuh itu memiliki pemandangan di kiri dan kanan bahu jalan berupa lahan seluas mata memandang. Kontur permukaan antara tanah datar dan pebukitan bercampur tanah gurun. Pada sudut2 tertentu kelihatan padang rumput halus hijau mengesankan permadani hijau. Tapi yg paling memberi kesan kita bertanya-tanya adalah hamparan tanah berwarna kecoklatan yg hampir2 tidak kita lihat sebatang rumputpun ada di sana. Ketika didekati ternyata warna coklat itu adalah serakan kerikil yang seolah-olah ditabur dari langit. Melihat kerikil itu ada di permukaan hamparan tanah, kita merasa masygul dengan cara apakah kerikil yg menutupi ribuan hektar lahan datar dan pebukitan itu berada di sana? Hampir2 kita mengira mungkin ribuan tahun lalu di sana ada pernah hujan kerikil. Batu kerikil ini kalau benar2 kita perhatikan seperti pecahan granit, sebagian berkilat dan bersih.
Kira2 sepertiga jarak antara perbatasan ke kota Amman jalan tidak begitu mulus, kelihatan tua dan banyak retakan. Di sepanjang jalan ada petunjuk kecepatan, ada kalanya kecepatan maksimum 60 km/jam, di lain ruas petunjuk dengan kecepatan maksimum 90 km/jam dan paling tinggi 110 km/jam. Saya bertanya2 mengapa untuk jalan yg relatif lurus dan dengan kondisi yg sama harus ada begitu macam pilihan kecepatan maksimum? Dalam jarak beberapa kilometer juga kita akan berkali-kali jumpa dengan polantas yg berjaga di tepi jalan. Sebagian ditungguin oleh polantas yg membidik kendaraan kita apakah kita melebihi batas maksimum atau tidak, pada sebagian polisi lainnya di tempat yg berbeda mereka berjaga cuman ngobrol dan seperti tidak peduli dgn kenderaaan yg lewat. Nah polisi Jordan juga kadang bertindak seperti polisi Indonesia, mereka suka praktik mencari "tambahan" penghasilan dari pengendara yg lewat. Beberapa puluh kilometer memasuki Amman jalanan makin lebar dan makin mulus dan makin banyak polisi lalin di sana. kadang dalama jarak 3 km bisa kita lihat mereka ada di situ.