Posts

Showing posts from 2009

BERBIKINI atau BERTELANJANG?

debat soal berbikini atau tidak kini hangat lagi, pasalnya wanita muda yg mengatasnamakan wakil dari indonesia di ajang gelar kontes kecantikan 'miss dunia' yang dipanggil zizi siregar itu ternyata foto tubuh indah dan seksinya kini bisa dinikmati jutaan pasang mata dari - bahkan oleh awak pesawat antariksa di langit ke-7 sana! persoalan berbikini atau tidak bagi seorang perempuan selalu meninggalkan perdebatan yg tak kunjung usai. sebetulnya hal ini bisa dimaklumi sebab ada begitu banyak alasan untuk dikemukakan apakah berbikini itu boleh atau tidak. kalau bikini disorot dari kacamata aturan dan hukum islam, jelas tidak ada yg mesti diperdebatkan sebab hukum soal ini sudah final sejak 1500 tahun lalu. tapi kalau masalah bikini ini disorot dari sudut pandang bukan agama islam, nah muaranya ialah banyaknya perdebatan yg tak kunjung selesai. namun meski demikian adalah suatu kepantasan untuk bertanya kendati nanti juga pertanyaan selalu tak berjawab dengan tuntas. misalkan, ...

[puisi] secarik kertas buat sang dinda

Dinda, oh dindaku sayang Betapa inginku kata ini terlontar dan ada yang mendengar Kukan jadikan miliknya kapan pun ia suka Entah malam, atau pagi selagi matahri menawarkan senyum dikulum Atau dalam derai hujan dan gelap senja mengancam keteduhan Amboi, di manakah dinda sembunyi tak ingin mendengar? Tapi mulutku hanya satu dan masih kelu bak minggu nan lalu Jari coba meregang entah untuk menjamah satu tak pasti Nanar mataku mencari-cariAdakah orang sepertiku di dekat tendaku? Duhai hati nan berbicara Engkau tiada tempat ke segala arah berpaling Duhai hati yang mengirim bisikan Desahmu selimut gerakku tersaput kabut Adakah aku lupa di mana aku berada? Dinda, oh dindaku sayang Tak kuasa aku melepas sang waktu yang membenci dan menutup muka Ia tak berkata untuk sekedar pesan kujadikan ajimat Sampai kapankah aku dibiarkannya terperangkap? Pada angin yang ramah mengusap bebatuan, Engkau ada sejak aku di sini kemarin, aku melihatmu lagi hari ini Dan debu...

[puisi] the son and the father

tidak ada merah jingga di barat tapi sepuluh menit yang lalu merahnya membias di pipi petani yang berjalan di tepi kali malam datang panggilan azan berkumandang bangkitlah lelaki tua dari dipannya makan malam yang telah dihidang akan disantap setelah sembahyang di sudut kamar sebelah si jejaka di depan cermin sejuta pikiran di benaknya malam yang tak berbulan bukan saatnya kaki diajak berjalan murung segumpal hati si lelaki gundah dan kecewa perempuan di seberang kali ada janji yang harus disingkirkan rindu pun dipendam dalam-dalam di malam beringsut pelan melumat waktu sang ayah tertatih langkah ke perigi bersuci dan sang anak mengutuk bisik jangkrik semalaman kala sang ayah rebah menghiba keampunan illahi si anak bermimpi bulan tertutup awan kelam Doha, 1999

KENANGAN HUNTING DI NEGERI 1000 MINARET - IV [habis]

Image
Sekian belas menit berada di punggung bukit di mana Citadel berada di atasnya, terhabiskan cuma bercakap-cakap dengan seorang perempuan cantik telah melupakanku untuk terus melahap pemandangan kota Kairo di awal petang. Aku kehilangan sekian menit akan kesendirianku dalam berkontemplasi dengan lingkungan yang hening, kecuali sesekali ketenangan terganggu dengan kemunculan tiba-tiba suara ratusan kepak sayap merpati yang menghambur dari arah sisi barat ke timur dan dalam sekejap menghilang. Ada juga suara sayup-sayup keriuhan padatnya lalu lintas nun jauh di bawah sana, tapi kadang juga sayup-sayup yang demikian itu hilang manakala desir angin berhenti. Atau segala riuh suara yang lapat-lapat terdengar itu kalah oleh suara azan waktu sholat ashar yang berkumandang dari ribuan menara (minaret) mesjid. Ada sekali-kali angin pelan berhembus ke arah kami. Dan itu terasa sangat menyegarkan. Angin yang membujuk untuk berangkat ke peraduan. Tidak hanya satu atau dua kali angin sedemikian lembu...

KENANGAN HUNTING DI NEGERI 1000 MINARET - III

Image
"Maaf...." kata si cewek menyapaku dalam bahasa Inggris. Aku melihat dia mulai menggerakkan sesuatu yang sejak dari tadi ada di pegangannya. Aku tahu di dalam kantung itu tidak lain pastilah sebuah kamera SLR yang di bawa ke mana- mana. Aku toh sudah melihat mereka dari tadi mencoba mengutak-atik kamera itu. "Boleh minta tolong memasang film ini ...?"" tanya si cewek lagi sambil memperlihatkan kamera SLR beserta satu rol film padaku. "Boleh...dengan senang hati." jawabku. Aku menerima kamera dan film dari tangannya. "Sudah kami coba memasangnya... tidak juga bisa pas." sahut si cewek lagi. "....tapi aku sedang melakukannya buat kalian...." balasku sambil tak lupa senyum sekilas ke arah si cewek yang lagi memperhatikan bagaimana aku memasangkan rol film ke body kamera. Itulah awal semuanya. Si cewek datang untuk minta aku memasangkan rol film dan mengambilkan beberapa kali shoot baik dirinya seorang dan dia bersama si kekasih hat...

KENANGAN HUNTING DI NEGERI 1000 MINARET - II

Image
Kedua orang yang sejak beberapa waktu lalu ada di tempat yang sama dengan di mana aku berdiri melepas pandang tak terbatas ke horison langit, semakin mendekat ke arahku. Yang seorang lelaki berperawakan sedang, berkulit kuning langsat dan kelihatan jelas garis-garis halus di sepanjang tangannya gelap sebagai wujud rambut yang tumbuh di badan, sedang satunya lagi perempuan dengan usia sekitar dua puluh tahun. Seketika aku bisa melihat mereka berdua adalah sepasang manusia yang baru ada di usia dewasa yang mungkin memiliki jalinan kasih asmara. Aku merasa yakin soal ini, sebab sejak keberadaan mereka yang mengusik kesendirianku di punggung bukit sepi dan cuma suara desah lembut angin yang sepoi berhembus, sikap-sikap dan ekspresi wajah kedua insan tersebut tiada lain kecuali memancarkan kebahagiaan dari manusia yang lagi dilambungkan cinta. Begitu kesimpulanku. Mereka adalah sepasang manusia yang punya cinta kasih, demikian pikirku. Dan aku di sini terpelanting di tepi oase sungai Nil, p...

KENANGAN HUNTING DI NEGERI 1000 MINARET - I

Image
Dari sebuah atas bukit, kupuaskan mata ini menjelajahi setiap jengkal dan titik di setiap sudut pandang mata. Hingga ke batas cakrawala juga kupaksa mata menyorot tajam. Ada perasaan momen yang kupunya saat ini tak ingin hilang begitu saja. Hari ini kali pertama aku ada di keindahan dan tempat yg menjadi kenanganku selamanya. Karena di sini, dari puncak bukit ini, aku bukan seorang diri saja yang akan bertutur bahwa di tempat inilah selaksa selaksa cerita akan menjadi memori. Banyak orang berlalu lalang di sekitarku. Seperti diriku, banyak dari mereka adalah juga datang sendiri saja. kebanyakan lelaki, tetapi dari gerak-gerik yang kuindentifikasi sebagai kekhasan seorang yang bergerak secara bebas merdeka, ada juga perempuan yang sepertiku. Bepergian sendirian. Suatu ketika aku ada di salah satu sudut di atas bukit ini, di celah-celah bangunan yang mengendapkan sejarah masa lalu, menimati pemandangan, menghitung ada berapa minaret. Benarkah ada seribu minaret? Tanyaku dalam hati. Ah, k...