[puisi] secarik kertas buat sang dinda

Dinda, oh dindaku sayang
Betapa inginku kata ini terlontar dan ada yang mendengar
Kukan jadikan miliknya kapan pun ia suka
Entah malam, atau pagi selagi matahri menawarkan senyum dikulum
Atau dalam derai hujan dan gelap senja mengancam keteduhan
Amboi, di manakah dinda sembunyi tak ingin mendengar?

Tapi mulutku hanya satu dan masih kelu bak minggu nan lalu
Jari coba meregang entah untuk menjamah satu tak pasti
Nanar mataku mencari-cariAdakah orang sepertiku di dekat tendaku?

Duhai hati nan berbicara
Engkau tiada tempat ke segala arah berpaling
Duhai hati yang mengirim bisikan
Desahmu selimut gerakku tersaput kabut
Adakah aku lupa di mana aku berada?

Dinda, oh dindaku sayang
Tak kuasa aku melepas sang waktu yang membenci dan menutup muka
Ia tak berkata untuk sekedar pesan kujadikan ajimat
Sampai kapankah aku dibiarkannya terperangkap?

Pada angin yang ramah mengusap bebatuan,
Engkau ada sejak aku di sini kemarin, aku melihatmu lagi hari ini
Dan debu engkau yang menutup pandangku,
kau datang dan sesekali tinggalkan aku
Ah kalian teman yang tak pernah berkata, masih saja ada bersamaku dekat…..dan dekat
Janganlah berbisik ketika aku tidak di tempat aku harus berpijak
Lihat….dan lihatlah rupaku telah lama berubah
Bahkan tendaku kini pun mulai tak setia dan gagah

Amboi raga yang terbuang, kau simpan hasrat persembahan
Desahmu pun kini tak sanggup mengirim pesan mimpi kemesraan
Dinda, dindaku sayang
Dinda, dindaku sayang
Hanya kata terbuang ke seberang dan menghilang

Dinda, dindaku sayang
Dinda, dindaku sayang
Getar bibir ini tak kuasa untuk ditahan
Inikah satu kesetiaan yang masih tertinggal?

Pulanglah raga yang melepuh, jangan tanya ada orang siap bertenda di dekatmu
Simpan dan jangan buka kembali hasrat yang ingin kau rajut
Kau hanya sendiri,
Kau hanya sendiri, kau hanya sendiri sejak kemarin ….

Doha, 1998